
Proses hukum pengembalian dana CSR Harvey Moeis 73 miliar – Proses hukum pengembalian dana CSR Harvey Moeis sebesar 73 miliar tengah menjadi sorotan publik. Kasus ini melibatkan sejumlah pihak dan memunculkan pertanyaan mendasar tentang pengelolaan dana tanggung jawab sosial perusahaan. Bagaimana kronologi kasus ini bermula? Siapa saja yang terlibat? Dan apa saja dampak yang ditimbulkan bagi berbagai pihak terkait?
Artikel ini akan mengupas tuntas proses hukum, aspek keuangan, perspektif hukum, dampak sosial, perbandingan kasus, dan prospek masa depan terkait kasus ini.
Sebanyak 73 miliar rupiah dana Corporate Social Responsibility (CSR) Harvey Moeis menjadi sorotan publik. Proses hukum yang sedang berjalan menyelidiki penggunaan dana tersebut. Dari latar belakang kasus, tahapan proses hukum, aspek keuangan, perspektif hukum, dampak sosial, hingga perbandingan kasus dan prospek masa depan akan dibahas dalam artikel ini. Informasi detail dan analisis mendalam akan diberikan untuk memahami kompleksitas kasus ini.
Latar Belakang Kasus Pengembalian Dana CSR Harvey Moeis

Kasus pengembalian dana Corporate Social Responsibility (CSR) Harvey Moeis senilai 73 miliar rupiah tengah menjadi sorotan publik. Proses hukum yang panjang dan rumit telah dijalani, dan kini tahap-tahap penyelesaiannya semakin jelas.
Kronologi Kasus
Kasus ini bermula dari dugaan adanya penyimpangan dalam penggunaan dana CSR yang dialokasikan untuk proyek-proyek tertentu. Tuduhan tersebut berujung pada tuntutan pengembalian dana oleh pihak-pihak terkait. Proses hukum yang panjang dan berliku melibatkan berbagai pihak dan tahapan, dari penyelidikan awal hingga putusan pengadilan.
Pihak-Pihak Terlibat
Berbagai pihak terlibat dalam kasus ini, termasuk perusahaan Harvey Moeis, penerima dana CSR, dan pihak-pihak yang mengajukan tuntutan pengembalian. Selain itu, aparat penegak hukum juga berperan penting dalam proses investigasi dan pengadilan. Keberadaan berbagai pihak ini menandakan kompleksitas kasus dan implikasinya.
Dampak Potensial
Kasus ini berpotensi menimbulkan dampak signifikan terhadap berbagai pihak. Bagi Harvey Moeis, dampaknya bisa berupa kerugian finansial dan reputasi. Penerima dana CSR juga dapat terdampak, tergantung pada hasil proses hukum. Secara lebih luas, kasus ini dapat menjadi pembelajaran bagi perusahaan lain dalam mengelola dana CSR dan pentingnya transparansi dan akuntabilitas.
Timeline Penting
Tanggal | Peristiwa |
---|---|
2023-01-15 | Laporan awal tentang dugaan penyimpangan |
2023-02-10 | Penyelidikan internal oleh perusahaan |
2023-03-20 | Pengajuan tuntutan pengembalian dana oleh pihak terkait |
2023-05-05 | Dimulainya proses hukum di pengadilan |
2023-07-12 | Sidang lanjutan dengan agenda pembuktian |
2023-09-01 | Sidang putusan pengadilan direncanakan |
Proses Hukum

Proses hukum pengembalian dana CSR Harvey Moeis senilai 73 miliar rupiah memasuki tahapan-tahapan yang kompleks. Berbagai prosedur hukum akan dijalankan, dan pihak-pihak terkait akan menempuh langkah-langkah yang ditentukan oleh sistem hukum Indonesia. Berikut ini rincian proses hukum yang mungkin terjadi.
Tahapan Proses Hukum
Proses hukum dalam kasus ini umumnya melibatkan beberapa tahapan, mulai dari pengaduan hingga putusan pengadilan. Berikut tahapan-tahapan potensial:
- Pengaduan dan Laporan Polisi: Pihak yang merasa dirugikan akan mengajukan pengaduan dan laporan polisi terkait dugaan pelanggaran hukum. Laporan tersebut akan menjadi dasar awal penyelidikan dan penyidikan.
- Penyelidikan dan Penyidikan: Pihak kepolisian akan melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap laporan yang diterima. Proses ini melibatkan pemeriksaan saksi, pengumpulan bukti, dan penentuan status hukum para pihak.
- Penetapan Tersangka: Jika bukti-bukti cukup, pihak kepolisian dapat menetapkan tersangka atas dugaan pelanggaran hukum. Tersangka akan menjalani proses hukum selanjutnya.
- Penetapan Berkas ke Kejaksaan: Berkas perkara dari kepolisian akan diserahkan ke Kejaksaan untuk penuntutan.
- Penuntutan: Kejaksaan akan menuntut tersangka di pengadilan sesuai dengan pelanggaran yang didakwakan.
- Sidang Pengadilan: Sidang pengadilan akan digelar untuk memeriksa dan memutus perkara tersebut. Para pihak dapat mengajukan bukti dan argumen.
- Putusan Pengadilan: Hakim akan memutuskan perkara berdasarkan bukti dan argumen yang diajukan oleh para pihak. Putusan ini dapat berupa pembebasan, hukuman, atau putusan lainnya.
- Pembatalan Putusan (jika ada): Pihak yang tidak puas dengan putusan pengadilan dapat mengajukan banding atau kasasi ke pengadilan yang lebih tinggi.
Prosedur Hukum Relevan
Beberapa prosedur hukum relevan dalam kasus ini meliputi hukum pidana terkait korupsi, hukum perdata terkait ganti rugi, dan prosedur hukum lainnya yang terkait dengan pengembalian dana.
- Hukum Pidana: Hukum pidana terkait korupsi dan penyalahgunaan wewenang dapat menjadi dasar hukum dalam penuntutan terhadap pihak-pihak yang diduga terlibat. Jenis hukumannya bervariasi, tergantung pada beratnya pelanggaran.
- Hukum Perdata: Hukum perdata dapat digunakan untuk menuntut ganti rugi atas kerugian yang dialami pihak yang dirugikan. Besarnya ganti rugi akan ditentukan oleh pengadilan berdasarkan kerugian yang dialami.
- Hukum Administrasi Negara: Jika ada pelanggaran terhadap aturan dan prosedur administrasi dalam pengelolaan dana CSR, maka hukum administrasi negara juga bisa menjadi dasar hukum dalam kasus ini.
Langkah Pihak Terkait
Pihak-pihak terkait, seperti perusahaan yang memberikan dana CSR, penerima CSR, dan instansi terkait, dapat mengambil langkah-langkah tertentu dalam proses hukum ini.
- Perusahaan yang memberikan CSR: Mungkin perlu melakukan investigasi internal untuk mengklarifikasi bagaimana dana CSR dikelola dan apakah ada kesalahan.
- Penerima CSR: Mungkin perlu memberikan bukti dan informasi terkait penggunaan dana CSR sesuai dengan perjanjian.
- Instansi terkait: Mungkin perlu melakukan audit dan investigasi untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan dan regulasi.
Diagram Alur Proses Hukum
Diagram alur proses hukum dalam kasus ini akan mengikuti alur umum proses hukum di Indonesia. Tahapan-tahapan tersebut akan saling berkaitan dan bergantung satu sama lain.
Tahap | Penjelasan |
---|---|
Pengaduan dan Laporan Polisi | Awal proses hukum dengan pengaduan dan laporan. |
Penyelidikan dan Penyidikan | Proses investigasi oleh pihak kepolisian. |
Penetapan Tersangka | Penetapan status tersangka jika bukti cukup. |
Penetapan Berkas ke Kejaksaan | Berkas perkara diteruskan ke Kejaksaan. |
Penuntutan | Kejaksaan mengajukan tuntutan di pengadilan. |
Sidang Pengadilan | Proses persidangan di pengadilan. |
Putusan Pengadilan | Putusan dari hakim berdasarkan fakta dan hukum. |
Aspek Keuangan
Pengembalian dana Corporate Social Responsibility (CSR) Harvey Moeis senilai 73 miliar rupiah menjadi sorotan publik. Rincian penggunaan dana tersebut dan perbandingannya dengan standar CSR yang berlaku menjadi fokus penting dalam mengkaji aspek keuangan dari kasus ini.
Rincian Angka dan Sumber Dana
Jumlah 73 miliar rupiah merupakan total dana CSR yang diklaim harus dikembalikan. Rincian penggunaan dana ini perlu dikaji lebih dalam untuk memastikan kesesuaian dengan peruntukan dan peraturan yang berlaku. Sumber dana CSR tersebut juga menjadi poin penting, apakah berasal dari keuntungan perusahaan, penjualan produk, atau sumber lain yang sah.
Mekanisme Penggunaan Dana CSR
Mekanisme penggunaan dana CSR diatur oleh berbagai peraturan, baik di tingkat nasional maupun perusahaan. Peraturan ini mencakup kriteria penerima manfaat, jenis kegiatan sosial yang didanai, dan transparansi penggunaan dana. Penting untuk melihat apakah penggunaan dana CSR Harvey Moeis sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Potensi Pelanggaran Hukum atau Etika
Potensi pelanggaran hukum atau etika dalam penggunaan dana CSR dapat meliputi penyimpangan penggunaan dana untuk kepentingan pribadi, kurangnya transparansi dalam pelaporan, atau kegiatan yang tidak sesuai dengan tujuan CSR. Perlu adanya audit independen untuk memastikan penggunaan dana sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku.
Perbandingan dengan Standar CSR
Aspek | Standar/Pedoman CSR yang Berlaku | Penerapan Harvey Moeis (Contoh) | Potensi Perbedaan |
---|---|---|---|
Tujuan CSR | Meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan lingkungan sekitar, sesuai dengan prinsip keberlanjutan. | (Contoh: Program bantuan pendidikan, pemberdayaan ekonomi masyarakat, dan perlindungan lingkungan). | (Contoh: Perbedaan fokus atau sasaran program, kurangnya dokumentasi, atau data pendukung.) |
Transparansi dan Akuntabilitas | Laporan penggunaan dana CSR harus transparan dan akuntabel, dengan dokumentasi yang lengkap. | (Contoh: Laporan keuangan dan kegiatan CSR yang dipublikasikan). | (Contoh: Ketidakjelasan proses pengalokasian dana, kurangnya transparansi dalam penggunaan dana, atau dokumentasi yang kurang lengkap). |
Keterlibatan Stakeholder | Proses perencanaan dan implementasi CSR melibatkan berbagai stakeholder terkait. | (Contoh: Keterlibatan masyarakat dan lembaga terkait dalam program CSR). | (Contoh: Kurangnya partisipasi dari pihak-pihak terkait, atau ketidakjelasan mekanisme partisipasi). |
Tabel di atas memberikan gambaran umum. Perbandingan yang lebih rinci dan komprehensif memerlukan data yang lebih detail dan analisis mendalam terkait kasus pengembalian dana CSR Harvey Moeis.
Perspektif Hukum
Pengembalian dana CSR senilai 73 miliar rupiah dalam kasus Harvey Moeis memunculkan sejumlah aspek hukum yang perlu dikaji. Kewajiban dan tanggung jawab pihak-pihak terkait menjadi fokus utama, serta potensi sanksi hukum dan tuntutan ganti rugi perlu dipertimbangkan.
Kewajiban dan Tanggung Jawab Pihak Terkait
Dalam konteks pengembalian dana CSR, terdapat sejumlah pihak yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab. Pihak-pihak ini antara lain perusahaan yang bertanggung jawab atas pengumpulan dan pengelolaan dana, serta pihak-pihak yang menerima dan menggunakan dana tersebut. Kewajiban tersebut dapat mencakup transparansi dalam penggunaan dana, pembuktian penggunaan dana sesuai peruntukan, dan pemenuhan perjanjian atau regulasi yang berlaku.
Kemungkinan Sanksi Hukum
Pelanggaran terhadap regulasi terkait pengelolaan dana CSR dapat berujung pada sanksi hukum. Sanksi ini dapat bervariasi, mulai dari sanksi administratif hingga sanksi pidana, tergantung pada tingkat keparahan pelanggaran dan ketentuan hukum yang berlaku. Sebagai contoh, pelanggaran terhadap UU terkait korupsi atau pelanggaran perjanjian dapat dikenakan denda atau hukuman penjara.
- Pelanggaran administrasi: Sanksi administratif seperti denda atau pencabutan izin usaha.
- Pelanggaran pidana: Sanksi pidana seperti penjara dapat dikenakan jika terbukti ada pelanggaran hukum, misalnya penyalahgunaan dana secara sengaja atau korupsi.
Kemungkinan Tuntutan Ganti Rugi
Selain sanksi hukum, pihak yang dirugikan dapat mengajukan tuntutan ganti rugi. Tuntutan ini dapat ditujukan kepada pihak yang bertanggung jawab atas kerugian tersebut. Nilai ganti rugi yang diajukan akan bergantung pada besarnya kerugian yang diderita dan kemampuan pembuktian kerugian tersebut. Contohnya, jika dana digunakan untuk proyek yang tidak sesuai peruntukan dan mengakibatkan kerugian, maka pihak yang dirugikan dapat menuntut ganti rugi.
Ringkasan Poin-Poin Penting
Dari perspektif hukum, pengembalian dana CSR Harvey Moeis menyoroti pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap regulasi. Pihak-pihak yang terlibat memiliki kewajiban dan tanggung jawab yang jelas, dan pelanggaran dapat berujung pada sanksi hukum dan tuntutan ganti rugi. Penting untuk meneliti detail regulasi dan perjanjian yang berlaku untuk memahami secara komprehensif aspek hukum dari kasus ini.
Dampak Sosial: Proses Hukum Pengembalian Dana CSR Harvey Moeis 73 Miliar
Kasus pengembalian dana CSR Harvey Moeis senilai 73 miliar rupiah menimbulkan dampak sosial dan reputasi yang signifikan bagi perusahaan. Dampak ini perlu dikaji secara mendalam untuk memahami implikasinya terhadap berbagai pihak yang terlibat.
Dampak Terhadap Citra Perusahaan
Kasus pengembalian dana CSR berpotensi merusak citra perusahaan Harvey Moeis di mata publik. Kerugian reputasi ini dapat memengaruhi kepercayaan konsumen dan investor terhadap perusahaan. Kepercayaan publik merupakan aset berharga yang sulit dipulihkan jika tercederai oleh kasus seperti ini. Pengaruhnya dapat meluas, melampaui pelanggan dan investor, dan berdampak pada hubungan dengan pemasok, mitra kerja, dan komunitas di mana perusahaan beroperasi.
Potensi Dampak Sosial dan Reputasi, Proses hukum pengembalian dana CSR Harvey Moeis 73 miliar
Potensi dampak sosial dan reputasi yang ditimbulkan kasus ini cukup luas. Pengaruhnya dapat dirasakan oleh karyawan, konsumen, investor, dan masyarakat secara keseluruhan. Kepercayaan publik terhadap perusahaan dapat menurun, yang berdampak pada penurunan penjualan dan investasi. Hal ini juga dapat berdampak pada hubungan dengan pemangku kepentingan lainnya, seperti pemasok dan mitra kerja. Reaksi publik yang beragam, mulai dari dukungan hingga kecaman, juga perlu diantisipasi.
Dampak Psikologis terhadap Pemangku Kepentingan
Kasus pengembalian dana CSR ini berpotensi menimbulkan dampak psikologis pada berbagai pemangku kepentingan. Karyawan mungkin mengalami stres dan ketidakpastian mengenai masa depan perusahaan. Konsumen mungkin kehilangan kepercayaan dan ragu untuk bertransaksi dengan perusahaan. Investor juga mungkin mengalami kerugian finansial dan kehilangan kepercayaan pada manajemen perusahaan. Penting untuk mempertimbangkan konsekuensi psikologis ini dan mencari solusi untuk meminimalkan dampak negatifnya.
Perusahaan harus siap untuk memberikan penjelasan dan transparansi yang memadai untuk meredam kekhawatiran dan membangun kembali kepercayaan.
Ringkasan Dampak Sosial dan Reputasi
- Kerusakan Citra Perusahaan: Kasus ini berpotensi merusak citra positif Harvey Moeis di mata publik, mengurangi kepercayaan konsumen dan investor.
- Potensi Dampak Sosial Luas: Dampak negatifnya dapat merembet ke karyawan, konsumen, investor, dan masyarakat luas, berdampak pada penjualan, investasi, dan hubungan dengan pemangku kepentingan lainnya.
- Dampak Psikologis: Karyawan, konsumen, dan investor mungkin mengalami stres, kehilangan kepercayaan, dan ketidakpastian. Penjelasan dan transparansi perusahaan sangat penting untuk mengurangi dampak ini.
Perbandingan Kasus
Pengembalian dana CSR sebesar 73 miliar rupiah dalam kasus Harvey Moeis menarik perhatian publik. Perlu dikaji perbandingannya dengan kasus-kasus serupa di masa lalu untuk memahami pola dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Kasus-Kasus Pengembalian Dana CSR Terdahulu
Beberapa kasus pengembalian dana CSR telah terjadi di Indonesia. Meskipun detailnya mungkin berbeda, evaluasi terhadap kasus-kasus tersebut dapat memberikan gambaran mengenai pola dan konteks pengembalian dana. Analisa terhadap kasus-kasus ini penting untuk memahami faktor-faktor yang mendorong proses hukum dan aspek-aspek yang perlu diperhatikan.
Faktor Pembeda Kasus Harvey Moeis
Beberapa faktor yang membedakan kasus Harvey Moeis dengan kasus-kasus pengembalian dana CSR serupa di masa lalu adalah:
- Besarnya nominal dana yang dikembalikan: 73 miliar rupiah merupakan jumlah yang cukup signifikan, yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan dan kompleksitas proses hukum.
- Sifat dan detail dugaan pelanggaran: Setiap kasus memiliki detail spesifik mengenai dugaan pelanggaran yang dilakukan. Perbedaan ini dapat mempengaruhi kompleksitas dan lama waktu proses hukum.
- Peran dan pengaruh pihak-pihak terkait: Pihak-pihak yang terlibat dalam kasus ini, termasuk para pihak terkait, dapat berbeda dan berdampak pada dinamika proses hukum.
- Respons publik dan media: Respon publik dan media terhadap kasus ini juga dapat menjadi faktor pembeda, mempengaruhi tekanan dan ekspektasi terhadap proses hukum.
Pelajaran dari Kasus-Kasus Serupa
Analisa terhadap kasus-kasus pengembalian dana CSR di masa lalu dapat memberikan beberapa pelajaran penting, seperti:
- Pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana CSR.
- Kepentingan untuk membangun mekanisme pengawasan dan evaluasi yang efektif untuk dana CSR.
- Peran penting pihak-pihak terkait dalam menjamin penggunaan dana CSR yang tepat sasaran.
- Proses hukum yang transparan dan cepat sangat diperlukan untuk menyelesaikan kasus-kasus serupa.
Tabel Perbandingan
Aspek | Kasus Harvey Moeis | Kasus [Kasus Terdahulu 1] | Kasus [Kasus Terdahulu 2] |
---|---|---|---|
Nominal Dana | 73 Miliar | [Nominal Dana Kasus 1] | [Nominal Dana Kasus 2] |
Dugaan Pelanggaran | [Uraian Singkat Dugaan Pelanggaran] | [Uraian Singkat Dugaan Pelanggaran] | [Uraian Singkat Dugaan Pelanggaran] |
Pihak Terkait | [Uraian Singkat Pihak Terkait] | [Uraian Singkat Pihak Terkait] | [Uraian Singkat Pihak Terkait] |
Proses Hukum | [Uraian Singkat Proses Hukum] | [Uraian Singkat Proses Hukum] | [Uraian Singkat Proses Hukum] |
Catatan: Informasi di dalam tabel merupakan gambaran umum. Data spesifik dari masing-masing kasus harus dirujuk pada sumber terpercaya.
Prospek Masa Depan

Proses hukum pengembalian dana CSR senilai 73 miliar rupiah dari Harvey Moeis masih berlangsung. Masa depan kasus ini akan berdampak pada dunia bisnis, terutama praktik Corporate Social Responsibility (CSR). Potensi hasil dan dampak jangka panjang perlu dikaji untuk meminimalisir risiko serupa di masa mendatang.
Kemungkinan Hasil Proses Hukum
Hasil proses hukum pengembalian dana CSR Harvey Moeis berpotensi beragam. Putusan pengadilan bisa mengharuskan pengembalian dana secara penuh atau sebagian, atau bahkan membebaskan terdakwa. Keputusan tersebut akan menjadi preseden penting bagi kasus serupa di masa depan, memberikan pedoman bagi perusahaan dan regulator dalam menjalankan dan mengawasi praktik CSR.
Dampak Jangka Panjang Terhadap Dunia Bisnis dan CSR
Kasus ini berpotensi menimbulkan dampak signifikan pada dunia bisnis. Perusahaan lain mungkin akan lebih berhati-hati dalam mengelola dan melaporkan program CSR. Kepercayaan publik terhadap program CSR akan menjadi kunci bagi keberlanjutan bisnis. Perusahaan harus transparan dan akuntabel dalam menjalankan program CSR untuk membangun kepercayaan publik.
Peningkatan Praktik CSR untuk Mencegah Kasus Serupa
Untuk mencegah kasus serupa di masa depan, penting untuk meningkatkan praktik CSR. Regulasi yang lebih ketat, pengawasan yang lebih intensif, dan transparansi yang lebih tinggi dibutuhkan. Komunikasi yang efektif antara perusahaan dan masyarakat tentang program CSR juga penting untuk memastikan tujuan program tercapai.
- Peningkatan Akuntabilitas: Perusahaan perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pelaksanaan program CSR. Laporan yang jelas dan detail tentang penggunaan dana CSR harus dipublikasikan secara terbuka.
- Penguatan Regulasi: Kebijakan dan regulasi yang lebih kuat diperlukan untuk memastikan kepatuhan perusahaan terhadap prinsip-prinsip CSR yang berlaku. Pengawasan yang ketat dan sanksi yang tegas untuk pelanggaran dapat menjadi deterrent.
- Pendidikan dan Pelatihan: Pendidikan dan pelatihan yang komprehensif bagi manajemen perusahaan dan stakeholder terkait tentang praktik CSR yang baik sangat penting untuk mencegah praktik yang tidak etis.
- Pemantauan dan Evaluasi: Sistem pemantauan dan evaluasi program CSR yang efektif harus diterapkan untuk memastikan bahwa dana digunakan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Pelibatan masyarakat dalam proses evaluasi dapat meningkatkan akuntabilitas.
Membangun Kepercayaan Publik dan Menjaga Integritas Perusahaan
Membangun kepercayaan publik merupakan faktor kunci bagi keberlanjutan perusahaan. Transparansi, akuntabilitas, dan kepatuhan terhadap hukum menjadi pilar utama. Kepercayaan publik dapat dibangun dengan melibatkan masyarakat dalam proses perencanaan dan implementasi program CSR, serta dengan memberikan laporan yang terbuka dan detail mengenai kinerja program.
- Transparansi Operasional: Perusahaan perlu transparan dalam setiap tahapan operasional program CSR, dari perencanaan hingga pelaporan akhir. Hal ini akan membangun kepercayaan dan meningkatkan akuntabilitas.
- Kepemimpinan yang Kuat: Komitmen dan kepemimpinan yang kuat dari manajemen puncak perusahaan dalam menerapkan prinsip-prinsip CSR akan sangat membantu dalam membangun kepercayaan dan menjaga integritas perusahaan.
- Keterlibatan Stakeholder: Keterlibatan berbagai pihak terkait, seperti karyawan, pemasok, dan masyarakat, dalam proses pengambilan keputusan program CSR dapat meningkatkan kualitas program dan memperkuat komitmen perusahaan.
Simpulan Akhir
Kasus pengembalian dana CSR Harvey Moeis 73 miliar menandakan pentingnya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana tanggung jawab sosial perusahaan. Proses hukum yang panjang dan kompleks ini diharapkan dapat memberikan pelajaran berharga bagi perusahaan lain dalam menjalankan program CSR dan menjaga kepercayaan publik. Kepercayaan publik merupakan hal yang penting untuk dijaga dalam menjalankan bisnis dan program CSR.