Table of contents: [Hide] [Show]

Kondisi Sosial Budaya Kerajaan Sriwijaya merupakan gambaran menarik kehidupan masyarakat maritim yang berpengaruh di Nusantara. Kejayaan Sriwijaya tak hanya ditopang oleh kekuatan maritimnya, namun juga oleh sistem sosial, budaya, dan kepercayaan yang kompleks dan unik. Eksistensi kerajaan ini meninggalkan jejak yang begitu kaya, dari struktur sosial yang terorganisir hingga warisan seni dan arsitektur yang megah. Melalui uraian berikut, kita akan menyelami lebih dalam kehidupan masyarakat Sriwijaya, mengungkap keunikan dan pengaruhnya terhadap sejarah Nusantara.

Dari sistem pemerintahan yang terpusat hingga praktik keagamaan yang beragam, Sriwijaya mencerminkan perpaduan budaya lokal dan pengaruh asing. Peran perdagangan internasional dalam perekonomiannya turut membentuk karakteristik sosial budaya yang khas. Pengaruh agama Buddha dan Hindu, misalnya, sangat terlihat dalam arsitektur candi dan berbagai artefak yang ditemukan. Dengan mengkaji struktur sosial, kepercayaan, seni, dan sistem ekonomi Sriwijaya, kita dapat lebih memahami peradaban maritim yang pernah berjaya di kawasan Asia Tenggara.

Struktur Sosial Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya, sebagai kerajaan maritim yang berpengaruh di Nusantara, memiliki struktur sosial yang kompleks dan terorganisir. Hierarki sosialnya, meskipun tidak terdokumentasi secara detail, dapat direkonstruksi melalui interpretasi artefak arkeologis, prasasti, dan catatan sejarah dari sumber-sumber asing. Pemahaman mengenai struktur sosial ini penting untuk memahami dinamika politik, ekonomi, dan budaya kerajaan maritim yang besar ini.

Hierarki Sosial Masyarakat Sriwijaya

Struktur sosial Sriwijaya menunjukkan adanya hierarki yang jelas, dimulai dari penguasa tertinggi, yaitu raja, hingga rakyat biasa. Raja sebagai pusat kekuasaan memegang kendali penuh atas pemerintahan dan sumber daya kerajaan. Di bawah raja terdapat para pejabat pemerintahan, bangsawan, dan pemuka agama Buddha yang memiliki pengaruh dan kekuasaan yang signifikan. Selanjutnya, terdapat lapisan masyarakat menengah yang terdiri dari pedagang, petani, nelayan, dan pengrajin.

Di lapisan terbawah terdapat budak atau pekerja paksa yang menjalankan tugas-tugas berat.

Peran dan Fungsi Strata Sosial

Setiap strata sosial dalam masyarakat Sriwijaya memiliki peran dan fungsi spesifik. Raja dan para pejabat pemerintahan bertanggung jawab atas pengelolaan kerajaan, penegakan hukum, dan pertahanan. Bangsawan dan pemuka agama berperan sebagai penasihat raja dan memainkan peran penting dalam upacara keagamaan dan ritual kerajaan. Pedagang berperan vital dalam perekonomian kerajaan, menghubungkan Sriwijaya dengan dunia luar melalui jalur perdagangan maritim. Petani, nelayan, dan pengrajin menghasilkan dan menyediakan kebutuhan pokok bagi masyarakat.

Sementara itu, budak atau pekerja paksa menyediakan tenaga kerja untuk proyek-proyek pembangunan dan pertanian kerajaan.

Bukti Arkeologis dan Historis

Pemahaman kita tentang struktur sosial Sriwijaya bersumber dari berbagai bukti. Temuan arkeologis di situs-situs seperti Muaro Jambi, misalnya, menunjukkan adanya bangunan-bangunan megah yang mengindikasikan keberadaan elit penguasa. Prasasti-prasasti, seperti Prasasti Kedukan Bukit, memberikan informasi mengenai pemerintahan dan aktivitas raja. Catatan sejarah dari sumber-sumber asing, seperti catatan dari Tiongkok dan Arab, juga memberikan gambaran mengenai perdagangan dan kehidupan sosial di Sriwijaya, yang secara tidak langsung merefleksikan struktur sosialnya.

Penggambaran kehidupan mewah para bangsawan dan perbedaannya dengan kehidupan rakyat biasa dapat disimpulkan dari perbedaan jenis dan kualitas artefak yang ditemukan di berbagai lokasi penggalian.

Perbandingan Status Sosial Masyarakat Sriwijaya dengan Kerajaan Lain di Nusantara, Kondisi sosial budaya kerajaan sriwijaya

Kerajaan Elit Penguasa Kelas Menengah Rakyat Biasa
Sriwijaya Raja, bangsawan, pejabat, pemuka agama Pedagang, petani, nelayan, pengrajin Budak, pekerja paksa
Mataram Kuno Raja, bangsawan, brahmana Petani, pedagang, seniman Petani miskin, pekerja
Majapahit Raja, keluarga kerajaan, pejabat tinggi Pedagang, petani, pekerja terampil Petani, pekerja biasa

Sistem Sosial Sriwijaya dan Asia Tenggara

Meskipun bukti mengenai sistem kasta yang kaku seperti di India kurang kuat di Sriwijaya, hierarki sosialnya jelas menunjukkan adanya pembedaan status dan kekuasaan yang signifikan antar lapisan masyarakat. Sistem ini mirip dengan sistem sosial di kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara, yang umumnya didasarkan pada hubungan kekuasaan dan akses terhadap sumber daya. Namun, kefleksibilan sosial mungkin lebih tinggi di Sriwijaya dibandingkan dengan beberapa kerajaan lain yang memiliki sistem kasta yang lebih rigid.

Mobilitas sosial, meskipun terbatas, mungkin terjadi melalui jalur perdagangan dan jasa.

Budaya dan Kepercayaan Kerajaan Sriwijaya

Kehidupan sosial budaya Kerajaan Sriwijaya erat kaitannya dengan sistem kepercayaan dan agama yang dianut masyarakatnya. Sebagai kerajaan maritim yang berpengaruh di Asia Tenggara, Sriwijaya menyerap dan mengembangkan berbagai pengaruh budaya, khususnya dari India, yang tercermin dalam praktik keagaamaan dan arsitektur mereka. Pengaruh tersebut membentuk corak unik dalam kehidupan sosial dan spiritual masyarakat Sriwijaya.

Sistem Kepercayaan dan Agama di Sriwijaya

Bukti arkeologis menunjukkan dominasi agama Buddha Mahayana di Sriwijaya, meskipun kemungkinan besar kepercayaan lokal dan unsur-unsur Hindu juga tetap ada dan berinteraksi dengan ajaran Buddha. Pengaruh agama Buddha terlihat sangat kuat dalam kehidupan masyarakat, tercermin dalam pembangunan biara-biara besar dan penyebaran ajaran Buddha melalui jaringan perdagangan maritim yang luas.

Pengaruh Agama Buddha dan Hindu

Agama Buddha Mahayana, khususnya aliran Vajrayana, menjadi agama utama di Sriwijaya. Pengaruh Hindu, meskipun tidak sedominan Buddha, juga terlihat dalam beberapa artefak dan kemungkinan dalam praktik keagamaan tertentu. Contoh arsitektur yang menunjukkan pengaruh Buddha antara lain Candi Muaro Jambi yang merupakan kompleks candi Buddha terbesar di Asia Tenggara, menunjukkan perpaduan arsitektur lokal dan India. Artefak seperti patung-patung Buddha dan berbagai relief yang ditemukan di situs-situs Sriwijaya juga menjadi bukti kuat pengaruh agama Buddha.

Sementara itu, beberapa artefak menunjukkan adanya pengaruh Hindu, meskipun bukti-bukti tersebut masih terbatas dan memerlukan kajian lebih lanjut. Keberadaan lingga dan yoni, misalnya, meskipun jumlahnya sedikit, menunjukkan adanya pengaruh Hinduisme.

Peran Biara dan Candi

Biara-biara Buddha di Sriwijaya tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat pendidikan, penelitian, dan kegiatan sosial keagamaan. Biara-biara ini berperan penting dalam menyebarkan ajaran Buddha dan melestarikan budaya. Candi-candi, seperti Candi Muaro Jambi, berfungsi sebagai tempat pemujaan dan pusat ritual keagamaan. Keberadaan biara dan candi menunjukkan tingkat perkembangan keagamaan dan sosial yang tinggi di Sriwijaya.

Perbandingan Praktik Keagamaan dengan Kerajaan Tetangga

Dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan tetangga seperti Champa dan Jawa, Sriwijaya menunjukkan dominasi agama Buddha yang lebih kuat. Kerajaan Champa juga menganut agama Hindu dan Buddha, namun proporsi pengaruhnya mungkin berbeda dengan Sriwijaya. Kerajaan-kerajaan di Jawa, seperti Mataram Kuno, juga menunjukkan perpaduan antara Hindu dan Buddha, tetapi perkembangan agama Buddha di Sriwijaya mungkin lebih terpusat dan sistematis, mengingat perannya sebagai pusat perdagangan dan penyebaran agama Buddha di kawasan tersebut.

Perbedaan ini mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor geografis, politik, dan ekonomi.

Upacara dan Ritual Keagamaan di Sriwijaya

Masyarakat Sriwijaya kemungkinan melakukan berbagai upacara dan ritual keagamaan yang berkaitan dengan ajaran Buddha Mahayana. Upacara-upacara tersebut mungkin meliputi puja bakti kepada Buddha dan Bodhisattva, meditasi, pembacaan sutra, dan perayaan hari-hari suci Buddha. Meskipun detail upacara dan ritual tersebut masih belum sepenuhnya terungkap, artefak dan arsitektur yang ditemukan memberikan gambaran tentang praktik keagamaan yang berkembang di Sriwijaya.

Kemungkinan besar, ritual-ritual tersebut juga terintegrasi dengan kepercayaan lokal dan praktik-praktik tradisional masyarakat setempat.

Seni dan Arsitektur Kerajaan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya, sebagai kerajaan maritim yang berpengaruh di Asia Tenggara, meninggalkan jejak sejarahnya tidak hanya dalam catatan tertulis, tetapi juga melalui karya seni dan arsitektur yang unik. Gaya seni dan arsitektur Sriwijaya mencerminkan perpaduan budaya lokal dengan pengaruh dari berbagai peradaban asing yang pernah berinteraksi dengannya, menghasilkan kekayaan estetika yang patut dikaji.

Ciri Khas Seni dan Arsitektur Sriwijaya

Sayangnya, peninggalan arsitektur monumental Sriwijaya, seperti candi-candi megah, relatif sedikit yang tersisa hingga kini. Penemuan-penemuan arkeologi yang tersebar di wilayah bekas kekuasaan Sriwijaya, terutama di Sumatera dan sekitarnya, memberikan petunjuk tentang ciri khas seni dan arsitekturnya. Meskipun tidak ditemukan candi berukuran besar seperti di Jawa, beberapa temuan menunjukkan kecenderungan penggunaan material lokal dan teknik konstruksi yang disesuaikan dengan kondisi lingkungan.

Penelitian arkeologis menunjukkan penggunaan batu bata, kayu, dan mungkin juga material organik lain yang mudah lapuk. Relief dan patung-patung yang ditemukan, meskipun jumlahnya terbatas, menunjukkan gaya pahatan yang terkadang sederhana namun kaya akan simbolisme.

Pengaruh Budaya Asing terhadap Seni dan Arsitektur Sriwijaya

Letak geografis Sriwijaya yang strategis sebagai pusat perdagangan internasional menyebabkan terjadinya pertukaran budaya yang intensif. Pengaruh India, khususnya agama Buddha Mahayana dan Vajrayana, sangat terlihat dalam beberapa temuan arkeologis. Gaya seni dan arsitektur yang bercorak India, seperti penggunaan stupa dan bentuk-bentuk arsitektur candi tertentu, dapat ditelusuri dalam beberapa artefak yang ditemukan. Selain India, pengaruh budaya Tiongkok dan kemungkinan juga Persia juga dapat terdeteksi, meskipun belum begitu jelas dan membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Percampuran budaya ini menghasilkan sinkretisme budaya yang unik dalam seni dan arsitektur Sriwijaya.

Contoh Candi dan Patung Khas Sriwijaya

Sayangnya, bukti arkeologis yang memadai untuk menggambarkan secara detail candi-candi besar Sriwijaya masih terbatas. Namun, temuan-temuan berupa arca dan fragmen-fragmen bangunan memberikan gambaran sekilas tentang gaya seni patungnya. Berikut kutipan dari sebuah laporan arkeologi mengenai sebuah patung yang ditemukan:

“Patung perunggu yang ditemukan di daerah Palembang ini menunjukkan figur Buddha Amitabha yang duduk bersila di atas lotus, dengan ciri khas gaya pahatan yang cenderung realistis, namun tetap dengan unsur-unsur simbolis yang kuat. Detail pakaian dan perhiasan yang terukir menunjukkan keahlian para pengrajin pada masa itu.”

Bahan-Bahan yang Digunakan dalam Pembuatan Karya Seni dan Arsitektur Sriwijaya

  • Batu bata: Bahan utama konstruksi bangunan, seperti candi dan bangunan-bangunan penting lainnya.
  • Kayu: Digunakan secara luas, meskipun mudah lapuk sehingga sulit ditemukan jejaknya hingga kini.
  • Perunggu: Material utama pembuatan patung-patung Buddha dan berbagai artefak lainnya.
  • Batu: Digunakan untuk pembuatan beberapa arca dan ornamen bangunan.

Perbandingan Gaya Seni dan Arsitektur Sriwijaya dengan Kerajaan Lain di Asia Tenggara

Gaya seni dan arsitektur Sriwijaya memiliki perbedaan dan persamaan dengan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara. Dibandingkan dengan kerajaan-kerajaan di Jawa, seperti Mataram Kuno dan Singosari, Sriwijaya menunjukkan gaya yang lebih sederhana dan kurang monumental dalam arsitektur candi. Namun, kemiripan dalam penggunaan bahan dan beberapa unsur dekoratif menunjukkan adanya interaksi dan pertukaran budaya antar kerajaan. Perbedaan yang mencolok mungkin terletak pada fokus Sriwijaya pada aktivitas maritim, yang tercermin dalam kurangnya penemuan candi besar dan lebih banyak artefak yang berkaitan dengan perdagangan dan pelayaran.

Sistem Politik dan Pemerintahan Sriwijaya

Kerajaan Sriwijaya, yang mencapai puncak kejayaannya pada abad ke-7 hingga ke-13 Masehi, memiliki sistem politik dan pemerintahan yang kompleks dan berpengaruh di kawasan maritim Asia Tenggara. Sistem ini berperan penting dalam membentuk kehidupan sosial budaya masyarakatnya, menggerakkan perekonomian, dan menjalin hubungan diplomatik dengan berbagai kerajaan dan negara lain. Pemahaman mengenai sistem pemerintahan Sriwijaya membantu kita memahami bagaimana kerajaan ini mampu menguasai jalur perdagangan dan mempertahankan pengaruhnya selama berabad-abad.

Struktur Pemerintahan Sriwijaya

Sriwijaya diperintah oleh seorang raja yang memegang kekuasaan tertinggi. Meskipun detail struktural pemerintahannya masih menjadi perdebatan para sejarawan, diperkirakan terdapat sistem hierarki yang jelas. Raja dibantu oleh para pejabat penting, mungkin termasuk para menteri, komandan militer, dan penasihat agama. Sistem ini kemungkinan besar terpusat di ibukota kerajaan, yang diperkirakan terletak di Palembang atau sekitar daerah tersebut.

Pengelolaan wilayah yang luas mungkin melibatkan sistem pemerintahan daerah dengan pejabat yang ditunjuk raja untuk mengawasi dan mengelola wilayah-wilayah tersebut. Bukti arkeologis dan prasasti memberikan gambaran sekilas tentang keberadaan pejabat-pejabat penting, namun detail peran dan wewenang mereka masih memerlukan penelitian lebih lanjut.

Pewarisan Kekuasaan di Sriwijaya

Mekanisme pewarisan kekuasaan di Sriwijaya belum sepenuhnya dipahami. Kemungkinan besar sistem pewarisan mengikuti garis keturunan kerajaan, tetapi bisa jadi terdapat persaingan dan perebutan kekuasaan di antara anggota keluarga kerajaan. Sumber-sumber sejarah yang terbatas menyulitkan untuk memastikan apakah sistem suksesi bersifat patrilineal (garis keturunan laki-laki) atau matrilineal (garis keturunan perempuan), atau bahkan sistem kombinasi keduanya.

Adanya beberapa raja dengan nama yang sama dalam catatan sejarah menunjukkan kemungkinan adanya perebutan kekuasaan dan pergantian dinasti yang kompleks.

Peran Raja dan Pejabat Pemerintahan

Raja Sriwijaya berperan sebagai pemimpin tertinggi, pemegang kekuasaan politik, dan simbol keagungan kerajaan. Ia bertanggung jawab atas keamanan, keadilan, dan kesejahteraan rakyatnya. Raja juga memegang peran penting dalam hubungan diplomatik dengan kerajaan dan negara lain. Para pejabat pemerintahan berperan dalam menjalankan pemerintahan sehari-hari, mengumpulkan pajak, menjaga ketertiban, dan melaksanakan kebijakan raja.

Mereka mungkin memiliki spesialisasi dalam bidang tertentu, seperti administrasi, keuangan, atau militer. Keterampilan administrasi dan kemampuan diplomatik merupakan aset penting bagi para pejabat untuk mendukung kekuasaan raja dan kelancaran pemerintahan kerajaan.

Hubungan Diplomatik Sriwijaya

Sriwijaya menjalin hubungan diplomatik yang luas dengan berbagai kerajaan dan negara di Asia. Bukti-bukti sejarah menunjukkan adanya hubungan dengan Dinasti Tang di Tiongkok, kerajaan India, dan kerajaan-kerajaan lain di Asia Tenggara. Hubungan ini didasarkan pada perdagangan, pertukaran budaya, dan perkawinan politik. Sriwijaya berperan sebagai pusat perdagangan maritim yang penting, menghubungkan berbagai wilayah di Asia.

Kemampuan diplomatik menjadi kunci keberhasilan Sriwijaya dalam menjaga stabilitas politik dan ekonomi kerajaan, serta memperluas pengaruhnya di kawasan regional.

Pengaruh Sistem Politik terhadap Kehidupan Sosial Budaya

Sistem politik Sriwijaya secara signifikan memengaruhi kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Kekuasaan terpusat di bawah raja menciptakan struktur sosial yang hierarkis. Keberadaan birokrasi kerajaan memicu perkembangan sistem administrasi dan tata kelola yang kompleks. Perdagangan internasional yang aktif mendorong pertukaran budaya dan agama, seperti penyebaran agama Buddha. Kekuasaan dan pengaruh Sriwijaya juga berdampak pada perkembangan seni, arsitektur, dan sastra di wilayah kekuasaannya.

Sistem politik yang kuat membantu menciptakan stabilitas yang memungkinkan berkembangnya kebudayaan yang kaya dan beragam.

Ekonomi dan Perdagangan Kerajaan Sriwijaya: Kondisi Sosial Budaya Kerajaan Sriwijaya

Kejayaan Kerajaan Sriwijaya tak lepas dari peran sentral perdagangan dalam perekonomiannya. Letak geografisnya yang strategis di jalur pelayaran internasional menjadikan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan maritim yang penting di Asia Tenggara. Keberhasilan Sriwijaya dalam mengelola dan memanfaatkan jalur perdagangan ini berdampak besar pada perkembangan sosial budaya masyarakatnya.

Peran Perdagangan dalam Perekonomian Sriwijaya

Perdagangan merupakan tulang punggung perekonomian Kerajaan Sriwijaya. Pendapatan utama kerajaan berasal dari pajak dan bea cukai yang dipungut dari aktivitas perdagangan di pelabuhan-pelabuhannya. Kemakmuran Sriwijaya sangat bergantung pada lancarnya jalur perdagangan dan volume barang yang diperdagangkan. Kontrol atas jalur perdagangan juga menjadi faktor kunci dalam menjaga kekuatan dan pengaruh politik Sriwijaya di kawasan regional.

Komoditas Utama yang Diperdagangkan

Berbagai komoditas diperdagangkan di pelabuhan-pelabuhan Sriwijaya, baik yang berasal dari Nusantara maupun dari luar negeri. Komoditas tersebut mencerminkan kekayaan sumber daya alam Nusantara dan jaringan perdagangan Sriwijaya yang luas.

  • Rempah-rempah: seperti pala, cengkeh, lada, dan kayu manis, menjadi komoditas andalan yang sangat diminati oleh pedagang dari berbagai penjuru dunia.
  • Produk pertanian: seperti beras, tebu, dan buah-buahan, juga menjadi komoditas penting yang diperdagangkan.
  • Logam: emas, perak, dan timah merupakan komoditas bernilai tinggi yang turut diperdagangkan.
  • Barang mewah: seperti sutra, porselen, dan barang-barang kerajinan dari Tiongkok dan India, juga menjadi bagian penting dari perdagangan Sriwijaya.

Jaringan Perdagangan Sriwijaya dan Hubungan Internasional

Sriwijaya menjalin hubungan perdagangan yang luas dengan berbagai kerajaan dan negara di Asia. Jaringan perdagangan ini terbentang dari Tiongkok di utara hingga India di barat, serta berbagai kerajaan di Nusantara. Hubungan diplomatik dan perdagangan yang erat dengan Tiongkok, India, dan Persia memperkuat posisi Sriwijaya sebagai pusat perdagangan internasional.

  • Tiongkok: Sriwijaya memiliki hubungan dagang yang intensif dengan Dinasti Tang dan Dinasti Song, mempertukarkan berbagai komoditas dan menjalin hubungan diplomatik.
  • India: Sriwijaya terhubung dengan kerajaan-kerajaan di India, memperkenalkan pengaruh budaya India ke Nusantara.
  • Persia: Sriwijaya juga menjalin hubungan perdagangan dengan Persia, menunjukkan luasnya jangkauan perdagangan maritim Sriwijaya.
  • Kerajaan-kerajaan Nusantara: Sriwijaya juga berinteraksi dengan kerajaan-kerajaan lain di Nusantara, membentuk jaringan perdagangan regional yang kuat.

Ilustrasi Aktivitas Perdagangan di Pelabuhan Sriwijaya

Bayangkan sebuah pelabuhan ramai di Sriwijaya, mungkin Palembang. Kapal-kapal dagang dari berbagai negara berlabuh di dermaga. Pedagang dari Tiongkok dengan pakaian sutra dan barang-barang porselen berinteraksi dengan pedagang lokal yang membawa rempah-rempah dan hasil bumi. Bau harum rempah-rempah bercampur dengan aroma laut dan aktivitas bongkar muat barang. Para pekerja sibuk memindahkan peti-peti besar berisi barang dagangan.

Suara berbagai bahasa terdengar bercampur aduk, mencerminkan keragaman etnis dan budaya yang hadir di pelabuhan tersebut. Di sepanjang dermaga, terdapat warung-warung yang menjual makanan dan minuman, serta penginapan bagi para pedagang yang singgah. Suasana ramai dan semarak menggambarkan kehidupan ekonomi yang dinamis di pelabuhan Sriwijaya.

Dampak Perekonomian Sriwijaya terhadap Kehidupan Sosial Budaya

Kemakmuran ekonomi Sriwijaya akibat perdagangan berdampak signifikan pada kehidupan sosial budaya masyarakatnya. Arus barang dan informasi yang masuk melalui perdagangan membawa pengaruh budaya asing, memperkaya dan mewarnai kehidupan masyarakat Sriwijaya. Kemajuan ekonomi juga memungkinkan pembangunan infrastruktur, seperti pelabuhan, candi, dan sistem irigasi, yang mencerminkan perkembangan peradaban Sriwijaya. Percampuran budaya dan agama juga terjadi, menghasilkan akulturasi budaya yang unik dan khas Sriwijaya.

Simpulan Akhir

Kesimpulannya, kondisi sosial budaya Kerajaan Sriwijaya merupakan perpaduan dinamis antara struktur sosial yang hierarkis, sistem kepercayaan yang beragam, dan pengaruh budaya luar yang signifikan. Keberhasilan Sriwijaya dalam mengelola perdagangan internasional turut membentuk kekayaan budayanya. Warisan arsitektur dan seni yang tersisa menjadi bukti nyata kejayaan dan kompleksitas peradaban maritim ini. Mempelajari Sriwijaya berarti memahami sebuah babak penting dalam sejarah Nusantara dan perannya dalam jaringan perdagangan dan kebudayaan Asia Tenggara.

Share:

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *